Jl. M.Tohir No.26-27, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

image

Wujudkan Green Customs And Blue Customs, Bea Cukai Ketapang Jalin Kemitraan Dengan BKSDA SKW I Ketapang

Sebagai bagian dari keluarga besar institusi kepabeanan di seluruh dunia, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ikut memperingati perayaan International Customs Day (Hari Pabean Internasional/HPI) yang pada tahun 2024 ini mengambil tema: “Customs Engaging Traditional and New Partners with Purpose”
Bea Cukai Ketapang menilai tema ini sangat mengena dan relevan dalam kondisi saat ini, seperti yang disampaikan oleh Kepala KPPBC TMP C Ketapang, Ahmad Zakky Mawardi berikut ini:
“Tema International Customs Day tahun ini sangat relate dengan Bea Cukai di Indonesia yang keberadaan dan perannya sangat beragam menyesuaikan dengan karakteristik wilayah dan pengguna jasa yang dilayaninya, serta memiliki banyak sekali potensi irisan dengan instansi K/L lain yang dapat dikerjasamakan.
Untuk Bea Cukai Ketapang, kami memaknainya sebagai kesempatan untuk mengkonsolidasikan inisiatif kami untuk membangun kemitraan dengan para pelaku upaya konservasi atau pelestarian lingkungan alam yang menjadi salah satu keunggulan bumi Kalimantan yang harus dijaga.”
Sebagaimana diketahui, meskipun saat ini sudah banyak dieksplorasi sumber daya alam -terutama sektor pertambangan dan perkebunan-, Kalimantan masih dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia yang menjadi penyeimbang atas aktivitas ekonomi yang menghasilkan jejak karbon di berbagai belahan dunia lain. Dan hal ini kedepannya merupakan salah satu potensi keunggulan ekonomi yang bisa dioptimalkan.
Konservasi alam sendiri disebutkan dalam Undang-Undang Kepabeanan, terutama di Pasal 25 ayat (1) huruf e UU Nomor 17 tahun 2006. Jadi, sejatinya dengan membangun kemitraan dengan operator pelestarian lingkungan berarti Bea Cukai menjalankan Amanah konstitusi.
Ditambah lagi saat ini Kementerian Keuangan sudah memperkenalkan berbagai inisiatif terkait Perubahan Iklim seperti Climate Financing, Carbon Tax. DJBC pun bisa memainkan peran aktif dalam bidang ini, apalagi setelah diperkenalkannya inisiatif Green Customs dan Blue Customs.
Salah satu “new partner” yang strategis untuk inisiatif ini adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang merupakan instansi teknis vertikal di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Sependek masa penugasan kami di Bea Cukai Ketapang, di tahun lalu kami sudah melakukan upaya identifikasi sektor dan inisiatif apa saja yang dapat dikembangkan di wilayah Ketapang. Kami mendapatkan input dan informasi bahwa ada organisasi -sebut saja Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia, atau dikenal juga sebagai International Animal Rescue (IAR), yang aktif dalam perlindungan satwa endemik Kalimantan yaitu orang utan. Yang cukup epik dan viral adalah pada saat terjadi kebakaran hutan di wilayah Ketapang, banyak sekali orang utan yang perlu diselamatkan. Dan oleh BKSDA Ketapang, IAR ini menjadi salah satu rujukan. Bersama pimpinan kami, Kepala Kanwil DJBC Kalbagbar, kami sudah meninjau IAR ini” sebut Zakky
Organisasi nirlaba atau yayasan seperti ini banyak yang belum mengetahui adanya berbagai dukungan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah melalui DJBC untuk inisiatif pelestarian lingkungan. Fasilitas Pembebasan Bea Masuk merupakan salah satu insentif yang dapat membantu usaha pelestarian alam. Namun ada terms and conditions (S & K) yang harus dipahami agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan smooth.
IAR berada dibawah koordinasi BKSDA Ketapang yang juga membawahi wilayah konservasi Cagar Alam Laut di Kepulauan Karimata.
“So, basically, by having partnership with BKSDA, we can implement Green Customs and Blue Customs initiatives better.”
“Tentu saja kemitraan ini masih dalam tahap awal dan banyak potensi kerjasama yang dapat digali. Tetapi kami yakin model kerjasama ini sangat mungkin direplikasi oleh kantor-kantor Bea Cukai di seluruh Indonesia, dengan potensi yang tidak kalah impactful. Karena jika kita harus menjaga lingkungan, sekarang lah saatnya. Kita sedang berlomba dengan perubahan iklim yang sangat masif. Act Now!” gugah Zakky.
Semoga Peringatan ICD 2024 bisa membuka mata dan menggugah segenap jajaran Bea Cukai di seluruh Indonesia untuk memaknai peran aktifnya dan berkontribusi dalam isu-isu substansial yang strategis.